Perhatikan
orang-orang “hebat”. Mereka menjadi sumber inspirasi. Orang hebat selalu
bermanfaat bagi orang lain.
Kalau
dia berbicara, berdasar fakta dan data sehingga akurat, kebenarannya tidak
dapat dibantah. Setiap perilakunya memukau dan mendatangkan decak kagum: luar
biasa!.
Orang
hebat, namanya selalu harum. Usianya lebih panjang ketimbang umurnya sebab
kebaikan yang ditanam selalu dikenang orang lain walau sudah meninggal. Orang
hebat selalu berupaya memberi sesuatu kepada orang lain bukan menerima sesuatu.
Dia
memberi manfaat, bukan mendapatkan manfaat. Memiliki keterbatasan fisik tapi jiwanya tangguh. Dikaruniai fisik invalid namun prestasinya
luar biasa. Di sinilah keadilan Allah Swt. Di balik kekurangan fisik
dilengkapinya kelebihan sehingga
kekurangan fisiknya tertutupi. Lazimnya mereka mampu memoles kekurangan
fisik dengan kelebihan bukan dengan keluh kesah, apalagi dengan ratapan. Selalu
tegar dan mengubah kelemahan diri menjadi potensi besar yang pada gilirannya
mampu “menakhlukkan” dunia.
Sering
kita jumpai, orang yang fisiknya cacat ternyata kaya prestasi. Sebut beberapa
contoh: misalnya Eric Alexander. Wanita ini dilahirkan dalam keadaan buta.
Namun semangatnya luar biasa. Terus menyala-nyala dan tidak pernah kendor.
Cita-citanya ingin mendaki puncak Gunung Himalaya, di India. Dengan pertolongan
tongkat di tangannya, dia berlatih dan
terus berlatih. Dia bertekad tidak berhenti berlatih sebelum impiannya
terwujud.
Walau
untuk mendaki dengan medan sulit, tidak pernah putus asa. Berbekal kerja keras
akhirnya mampu menakhlukkan Mount Everest, puncak Gunung Himayala. Prestasi
yang belum tentu dapat diraih semua orang meski dengan kedua mata sempurna.
Sedang Alexander mampu menakhlukkan “keangkuhan” Puncak, gunung tertinggi di
dunia, yang berketinggian 8.840 meter di atas permukaan air laut.
Eric
Alexander menunjukkan kepada dunia, bahwa siapa pun orangnya –dalam keadaan
bagaimana pun fisiknya—dapat berbuat maksimal asal ada kemauan dan kesungguhan.
Dia bahagia karena dapat mewujudkan impiannya.
Bagi
Eric, kalau di hati seseorang ada semangat,
tantangan seberat apapun pasti dapat ditakhlukkan. Sebaliknya, bagi
orang yang dihatinya dipenuhi rasa malas dan ciut nyali, sebutir kerikil kecil
tampak seperti gunung raksasa yang menghalangi langkahnya. Maka tersenyumlah,
dunia akan tersenyum. Dan bagi yang menangis dunia akan mentertawakannya.
Kita
yakin, bukan karena kita bahagia lalu bersyukur, tapi karena kita bersyukur
kita menjadi bahagia. Bukan karena hari ini indah lalu kita bahagia, tetapi
karena hati bahagia hari ini menjadi indah. Bukan karena mudah kita yakin bisa,
tetapi karena yakin bisa semuanya menjadi mudah. Bukan karena senang kita
tersenyum tetapi karena kita tersenyum kita menjadi senang. Eric Alexander membuktikan kebenaran kalimat
tersebut.
Bisa
dibayangkan, bagaimana sulitnya menjadi pilot, mengendalikan pesawat bukan
dengan tangan sebagaimana lazimnya orang lain. Jessica mengoperasikan pesawat cukup dengan menggunakan kedua kakinya sebagai “pengganti”
tangan yang sejak lahir tidak punya tangan. Wanita ini tidak menyerah kepada
keadaan sehingga mampu melaksanakan tugas berat. Sementara banyak kita jumpai
orang yang terlahir dengan tangan dan kaki lengkap tetapi menjadi sopir mobil
saja tidak bisa. Beda jauh kan?
Mirip
dengan Jessica ada seorang pria yang mengagumkan dunia, khususnya di kalangan
atlit. Yaitu Oscar Pistorius pelari ini menggunakan kaki sambungan. Dia tidak
punya dua kaki tapi punya semangat berlatih. Kaki sambungan tak menyurutkan
menjadi juara sehingga akhirnya mampu mewujudkan mimpinya menjadi pelari
tercepat di dunia.
Air
mata tak terbendung ketika menyaksikan video yang menayangkan pemuda berumur 27
tahun bernama Nick Vujicic. Ia dilahirkan tanpa lengan dan tungkai. Meski
demikian mampu mengarang sebuah buku yang diberi judul, “Life Without
Limits”. Tanpa tangan dan Tungkai Aku
Bisa menakhlukkan dunia, tulisnya.
Menakhlukkan
dunia? Ia keliling dunia untuk memberi motivasi agar hidup tegar, optimis, dan
menjadi “juara” tanpa terusik oleh kondisi tubuhnya yang invalid. Nick
benar-benar menjadi motivator ulung yang memukau. Banyak orang meneteskan air
mata menyaksikan kehebatan pemuda cacat fisik ini.
Nick
bisa menakhlukkan hati jutaan orang. Alangkah tidak pantasnya kalau yang
tubuhnya normal lantas bermalas-malsan. Dia berpesan, “Kalau engkau tidak
mendapat mukjizat jadilah engkau mukjizat. (*)
No comments:
Post a Comment