Orang beriman harus mantap dalam meyakini akan adanya petolongan
Allah. Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya. Jangankan manusia, semut di
dalam kubangan lembah yang amat dalam, di tengah kegelapan malam, di tengah
hutan belantara selalu mendapat “rezeki” dari Allah.
Apalagi manusia yang secara postur tubuh diciptakan sedemikian
sempurna. Allah pasti memberi pertolongan yang jauh lebih sempurna. Tetapi,
pertolongan itu tidak datang secara “gratis” melainkan ada beberapa hal yang
harus dilakukan. Minimal berdoa dan ikhtiar.
Allah berjanji, orang berdoa pasti dikabulkan. Jika demikian adanya,
perbanyaklah doa agar Allah selalu memberi pertolongan kepada kita. Sayangnya,
untuk berdoa saja banyak yang malas sehingga pertolongan Allah tidak kunjung
datang.
Di antara kita ada yang punya kebiasaan, yaitu rajin berdoa kalau kepepet.
Doa yang demikian tendensius, bahkan cenderung mendikte Allah. Lazimnya doa
seperti ini tidak didengar oleh Allah. Berbeda dengan orang yang istiqomah
dalam berdoa, Allah SWT dengan mudah mengabulkan doa mereka.
Selain berdoa, kita hendaknya rajin ikhtiar (berupaya). Doa yang tidak
disertai okhtiar, sama halnya dengan ingin makan tidak mau berupaya ambil nasi,
piring, dan lauk.
Orang yang secara ekonomi hidupnya kepepet, sering “malas
beramal”. Padahal, Allah berjanji apabila seseorang beramal, mendapat balasan
yang dilipatgandakan sampai 700 kali.
“Janji Allah pasti benar,” ujar Ustad Yusuf Mansyur. Kyai muda ini
mengaku pernah dililit hutang yang menumpuk, sampai-sampai hampir putus asa
sebab orang yang menagih mendesak agar hutangnya segera dilunasi.
Sebagai orang yang masih memiliki iman, dia yakin pertolongan Allah.
Apalagi Allah berjanji dalam Al-Quran jika orang beramal, Allah akan
membalasnya berlipat ganda. Dia pun ikhlas, dalam keadaan kepepet tidak punya
uang, uang di sakunya diamalkan.
Dalam hatinya dia berkata. “Allah, ini saya amalkan uang yang saya
miliki. Saya yakin Engkau akan membalas berlipat ganda seperti yang Engkau
janjikan.” Ternyata benar. Usai berdoa dan beramal, datang “keajaiban”. Ada
percetakan yang siap membeli naskah buku yang pernah dikirim jauh hari
sebelumnya. Ia membeli naskah buku tersebut sehingga hutangnya dapat dibayar.
Agaknya keajaiban luar biasa setelah beramal bisa dibuktikan. Jangan
takut beramal sebab Allah tidak “pelit” kepada hamba-Nya. Allah pasti mencatat
dan memberi balasan jauh lebih besar dari yang dilakukan hamba-Nya. Dan ini
benar adanya.
Pernah mendengar kisah ini? Ada baiknya Anda simak sebagai ibrah
(pelajaran). Suatu ketika Ali bin Abi Tholib bertanya pada istrinya, “Fatimah,
ada makanan apa tidak?” Istrinya menjawab tidak ada, kecuali uang enam dirham.
Fatimah meminta tolong kepada suaminya membeli makanan untuk kedua anaknya,
Hasan dan Husen.
Sepulang dari membeli makanan, ada pengemis memintanya karena sudah
sekian hari tidak makan. Ali pun tergerak hatinya, memberikan makanan kepada
pengemis. Sesampainya di rumah, Fatimah bertanya, “Mana makanan yang
dibeli?” Ali pun menjelaskan kejadian
yang dialami di perjalanan.
Karena Hasan dan Husen lapar, Ali ke luar, entah ke mana. Di jalan
dicegat orang Baduwi, menawarkan unta. “Tolong ini dibeli tuan Rp 100 dirham.
Uangnya bisa dibayar kapan saja,” katanya. “Oh, kalau begitu saya beli,” kata
Ali. Ali langsung menuntun unta menuju pasar.
“Mau di bawa ke mana, Tuan?” tanya Baduwi yang lain. “Saya bawa ke
pasar,” jawabnya. “Kalau akan dijual saya beli,” katanya. “Akan dijual berapa?”
tanyanya. “Akan saya jual 400 dirham,” jawab Ali. Tanpa bicara panjang lebar,
orang tadi langsung membayar.
Ali pulang dengan senang hati. Di tengah kesusahan mendapat keuntungan
besar. Setelah itu Ali bergegas ke rumah Rasulullah. Sesampainya di rumah
Rasul, beliau bertanya kepada Ali. “Apa kamu yang akan bercerita, atau saya
yang akan menceritakan kejadian tadi?”
Ali mempersilakah Rasulullah menjelaskan. “Orang Baduwi yang menjual
dan membeli unta tadi adalah malaikat Jibril dan Mikail,” kata Nabi. Itu
balasan Allah karena kamu telah menginfakkan uang 6 dirham, dilipatgandakan
menjadi 400 dirham, jelas Nabi.
Berdasar pengalaman ini, kita tidak perlu takut beramal kepada orang
lain meski dalam kepepet. Sebab, Allah memberi pembalasan yang jauh
lebih besar sepanjang bukan balasan itu yang kita cari. Dalam Al-Quran Allah
berfirman, tanda orang bertakwa, antara lain suka beramal baik dalam keadaan
sempat atau sempit.
Dalam bulan Ramadhan seperti sekarang, merupakan saat yang paling
tepat bagi kita untuk lebih banyak beramal. Selain Allah akan memberi pahala
yang sedemikian besar. Allah juga akan memberi balasan yang jauh lebih besar
lagi. Kalau toh balasan itu tidak diberikan di dunia, Allah akan memberinya di
akhirat.
Kini terpulang kepada kita, apakah akan menjadi orang pelit atau
dermawan. Orang yang hatinya “lembut” pasti memilih yang kedua. Semoga di hati
kita tumbuh jiwa dermawan agar senantiasa bersama pertolongan Allah. Tentu
saja, sifat dermawan begitu dekat pada tawa.

No comments:
Post a Comment