Banyak
orang mengeluh karena volume pekerjaan menumpuk. Seperti dialami karyawan
percetakan di
kota kecil ini. Pekerjaan design terus menumpuk. Padahal dia merasa
maksimal bekerja mulai pukul 08 s/d pukul 16.00. Waktu kerja 8 jam
terasa tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan rutinnya.
Terkadang lembur, dan sebagian pekerjaan kantor
digarap di rumah agar pekerjaan berkurang. Tetapi volume pekerjaan terus saja bertambah
banyak. Pekerjaan yang kemarin belum selesai, besoknya ketambahan lagi
pekerjaan baru. “Kapan
pekerjaan berakhir kalau setiap hari tambah pekerjaan baru,”
keluhnya.
Bagi
perusahaan sukses, volume pekerjaan tidak akan tambah
surut. Semakin terkenal tempat usaha, semakin banyak garapan. Jangan bermimpi
pekerjaan berkurang. Justru semakin banyak sehingga tak kunjung habis. Memang
itulah yang dicari, banyaknya pekerjaan bertambah pula rezekinya. Tak perlu mengeluh.
Bangsa Indonesia, memiliki 8 jam kerja per hari. Beda
dengan Negara maju jumlah jam kerjanya bisa mencapai 10 atau 12 jam perhari bahkan lebih.
Manusia di Negara maju seperti robot. Waktu hanya untuk bekerja. Hal itu
menjadikan seseorang
“renggang” hubungannya dengan Allah. Mereka mengisi waktu dengan urusan dunia.
Anehnya, semakin banyak waktu dipakai, semakin kurang waktu yang tersedia.
Benar sinyalemen Nabi Muhammad SAW, “Kalau seseorang
di dadanya penuh dengan urusan duniawi, Allah menambahkan kesibukan sehingga lupa Allah. Tapi kalau sibuk
beribadah hatinya ditenangkan dan kekayaan yang dimiliki terasa cukup”.
Allah menyediakan waktu siang 12 jam dan malam 12
jam. Itu sudah lebih dari cukup. Allah sudah “memperhitungkan”. Waktu 24 jam
merupakan “harga mati”. Artinya, tidak bisa ditambah atau dikurangi. Allah merancang secara tepat, khususnya bagi
Indonesia.
Bagi orang tertentu, waktu 24 jam ada yang
memanfaatkan penuh, bekerja 8 jam
sehingga malam harinya bisa istirahat. Ada yang jam kerjanya lebih 8 jam sehingga mengurangi
waktu istirahatnya. Jam kerja presiden
tentu lebih dari lama
ketimbang rakyat biasa. BJ Habibie semasa menjadi Presiden mengaku tidur hanya 3 jam per hari. Ia berhenti
bekerja dan tidur setelah diingatkan ajudan atau paspampres. Habibie sosok manusia
maniak kerja.
Sebenarnya, bukan soal 24 jam-nya yang menyebabkan
terasa kurang. Melainkan cara
memanfaatkannya. Ada orang yang tidak efektif menggunakan waktu, boros, tidak
fokus serta tidak terschedule.
Akibatnya, waktu terasa kurang. Beda jika terbiasa tertib waktu, tak perlu ada
lembur. Semua bisa dibereskan dalam 8 jam kerja. Silahkan mencoba. (*)
No comments:
Post a Comment