Allah memerintahkan setiap Nabi dan umatnya untuk memperbanyak
doa. Dalam suhuf (lembaran suci)
Ibrahim, Allah memerintahkan agar manusia “menyempatkan diri” munajat kepada
Allah. Doa, itu bisa diartikan memohon,
meminta, menyeru, mengundang, memangggil, atau menghimbau. Dalam berdoa, terjadi dialog dengan Tuhan
meski “sepihak”
Dalam surat
al-Baqarah ayat 186 Allah berfirman, “ Bila hamba-hamba-Ku bertanya tentang
Aku, maka Aku dekat. Aku perkenankan doa si pendoa, jika dia berdoa kepada-Ku.
Maka hendaklah ia memenuhi segala perintah-Ku dan percaya kepada-Ku,
mudah-mudahan mereka bersikap benar.”
Dari ayat ini diketahui, bahwa doa yang dikabulkan Allah memiliki
syarat, antara lain memenuhi perintah Allah dan percaya kepada-Nya. Ini
artinya, kita hendaknya taat beribadah, menjauhi larangan Allah, dan iman
kepada-Nya. Orang yang demikian ini yang bakal didengar doanya. Di ayat lain
Allah berfirman, “Mintalah kepada-Ku, Aku kabulkan permintaanmu.”
Doa yang kita panjatkan ke hadirat Tuhan, hendaknya disertai dengan
penuh kesungguhan, merendah, dan sangat berharap. Di sisi lain, setelah berdoa,
kita harus ikhtiar. Doa yang tidak disertai ikhtiar tidak dibenarkan, sama
halnya dengan sikap tawakal yang tidak disertai dengan upaya. Dikabulkannya doa seseorang bergantung
kesungguhan ikhtiar yang dilakukannya.
Bagi orang beriman, doa merupakan “wahana” untulk berdialog dengan
Allah. Lewat doa, mereka bisa menyampaikan setiap persoalan hidup, mulai dari
harapan, permintaan, ucapan terima kasih, atau hal lain yang sifatnya menjalin
komunikasi jiwa dengan-Nya. Orang berdoa merasa ada kemantapan, yakin akan
langkah dan sikapnya, serta merasa ada yang membeck-up terhadap setiap rencana
dan langkah berat yang akan dilakukannya.
Para Nabi terdahulu terbiasa memanjatkan doa, misalnya kalau mengalami
kemarau panjang, meminta hujan. Kebiasaan ini juga dilakukan Nabi SAW yang disebut
dengan shalat istisqo’ (meminta hujan). Mereka bersungguh-sungguh dalam
munajat kepada Tuhan. Kebiasaan seperti
itu hendaknya kita terapkan dalam keseharian. Apalagi di zaman yang serba penuh
tantangan ini, doa merupakan senjata ampuh bagi setiap manusia beriman kepada
Allah.
Apa yang dituntunkan Nabi SAW, misalnya ketika seseorang bingung
menentukan pilihan –soal jodoh, studi, pekerjaan, atau yang lain—dianjurkan
bertanya kepada Allah lewat shalat istikharah. Dengan dialog tersebut Allah
akan menjawabnya melalui mimpi sebagai petunjuk. Bagi orang beriman, jawaban Allah yang
disampaikan lewat mimpi, atau mantapnya hati dalam menetapkan pilihan,
merupakan jawaban yang disampaikan lewat shalat tersebut.
Kapan Berdialog?
Ada waktu yang sangat istimewa bagi orang berdoa.
Jika kita berdoa pada waktu tersebut, apa yang kita mohon kepada Allah dijamin
dikabulkan. Di antaranya, disampaikan di tengah malam, atau sepertiga malam
terakhir. Saat itu, malaikat turun untuk mendengarkan doa manusia. Doa yang
disampaikan langsung diajukan kepada Allah.
Doa yang disampaikan saat orang lain nyenyak tidur, sangat didengar
oleh Allah. Ini bukti bahwa orang tersebut benar-benar cinta kepada Allah
sehingga Allah pun cinta kepada mereka.
Orang rajin shalat malam lengkap dengan lantunan doanya, Allah angkat ke
maqomah mahmudah (derajat mulia).
Orang yang demikian ini, Allah beri beberapa keistimewaan. Di
ataranya, diberi ampunan. Orang yang berdoa dengan tetes air mata di keheningan
malam, akan mendapat ampunan atas dosa-dosa yang pernah diperbuat. Allah menerima
mereka dengan sambutan istimewa. Kalau mereka datang kepada Allah dengan jalan
kaki, Allah sambut dengan berlari. Begitulah ilustrasi yang Allah berikan
kepada kita dalam hadist qudsi.
Ada tiga mata yang Allah selamatkan kelak di akhirat
di saat mata yang lain menangis karena datangnya siksa. Yaitu, mata yang saat
di dunia selalu menangis jika ingat dosa yang dilakukan. Mata yang diselamatkan
dari perbuatan maksiat, dan mata yang selalu jaga untuk menegakkan kalimat Allah
di muka bumi.
Keistimewaan lain, orang yang selalu jaga malam untuk berdialog dengan Allah, diberinya rasa
sakinah dalam hatinya. Dia selalu tenang, damai, dan tidak mudah gelisah,
stress, apalagi depresi. Ini sesuai dengan janji Allah, “Barang siapa ingat Allah, maka hatinya akan tentram.” Orang yang selalu ingat Allah selalu ada
kedamaian dalam hatinya.
Selain tengah malam, doa bisa disampaikan di beberapa “waktu penting”.
Yaitu, saat hendak berbuka puasa. Doa yang disampaikan saat seperti itu, dikabulkan
Allah SWT. Mengapa? Karena orang yang berpuasa dalam keadaan bersih jiwanya, sehingga doanya
didengar. Rasulullah menganjurkan orang
yang akan berbuka menyempatkan diri untuk berdoa.
Ada juga waktu yang mustajabah bagi orang berdoa,
yaitu di antara duduknya khotib di antara dua khutbah saat shalat Jumat. Saat
itu, kita sempatkan meminta apa saja yang menurut nurani baik. Insya Allah doa
yang disampaikan sangat diperhatikan Allah dan tidak ditolak. Pandai-pandailah
mencari waktu untuk menyampaikan doa agar mustajabah.
Apa yang Disampaikan?
Soal materi apa yang harus kita sampaikan kepada Allah SWT, tidak ada
batasan. Kita boleh meminta apa saja kepada-Nya sepanjang baik. Bisa bersifat
materi, bisa juga yang immateri.
Kekayaan itu milik Allah, sehingga kita memohonnya juga kepada Allah.
Sedang yang bersifat immateri: kedamaian, kesejahteraan, kesehatan,
ketenangan batin, hidayah, keselamatan dunia dan akhirat sayognya kita minta senantiasa. Misalnya,
ketika kita hendak bercermin, kita mohon diri ini dihiasai dengan akhlak yang
baik. Ketika tahiyat akhir, sebelum salam, memohon kepada Allah agar hati ini
selalu bergerak menuju agama dan
ketaatan kepada-Nya.
Ketika kita menuju masjid, mohon kepada Allah agar kita selalu diberi
nur Allah, baik di kiri, kanan, bekalang, depan, atas, di tangan dan kaki serta
di hati. Ketika hendak tidur pun, memohon, bahwa tidurnya atas nama Allah
sehingga kalau kita lantas “tidur” abadi, juga atas nama Allah. Bangun tidur juga bersyukur kepada Allah.
Singkatnya, semua gerak-gerik kita, selalu mohon ada “campur tangan”
Allah. Dan memang demikian hidup ini,
tidak akan bisa lepas dari Allah. Orang yang selalu menyandarkan hidupnya
kepada Allah akan lebih dicintai lagi. Allah senang kepada manusia yang selalu
menjadikan Allah sebagai sandaran hidupnya. Orang beriman memang demikian.
Berbeda dengan orang kafir, sandaran hidupnya adalah thogut atau Tuhan yang “diciptakan” sendiri, misalnya harta,
kedudukan, gengsi, dan sebagainya.
Dialog rutin dan intensif dengan Allah seperti itu, dapat menjadikan
kita semakin lengket dengan-Nya. Jiwa
kita selalu terjaga, dan merasa ada yang menuntun ke arah yang benar. Dan lagi, dengan berdialog tadi, kita akan
merasa semakin yakin bahwa Allah selalu menjaga kita dari berbagai ancaman,
misalnya makhluk ghoib (jin dan setan).
Terlebih di saat jiwa kita sedang mengalami goncangan hebat, maka
Allah yang bisa mendatangkan kedamaian. Orang yang sedang ketakutan, memohonlah
kepada Allah, sebab terjadi tidaknya semua itu, berada di dalam genggaman
tangan Allah. Orang yang sedang gelisah larinya harus kepada Allah. Orang yang
tidak memiliki harapan hidup, kepada Allah memohon. Dengan kata lain, tidak ada
satu pun persoalan yang terlepas dari kemauan Allah. Maka, ke sanalah kita
memohon. (*)

No comments:
Post a Comment