Thursday, October 23, 2014

Ucapan yang Berbobot



Ada orang pandai berbicara. Kalau berpidato nerocos. Tetapi, orang lain tak peduli. Bahkan, saat berpidato orang lain juga jagongan sendiri. Apa yang disampaikan tidak dihiraukan. Mengapa?
Mungkin apa yang disampaikan tidak bermutu. Materinya baik, tetapi tidak pandai merangkai kata-kata sehingga menjemukan. Sebaliknya, ada orang kalau berbicara kalem, dan tidak ngotot. Tetapi orang lain memperhatikan dengan seksama. Apa yang disampaikan dijadikan “pedoman” bagi hidupnya.
Mengapa? Karena dia memiliki kemampuan memilih kata yang berbobot. Dalam hidup ini, ada kata-kata yang terasa berat (berbobot), ada kata-kata yang terasa ringan. Kata berat disebut  qoulan tsakila. Kata-kata berat biasanya mempunyai pengaruh. Sekali terucap dampaknya luar biasa. Maka kita tidak perlu banyak kata. Cukup menggunakan kata terpilih, pengaruhnya lebih besar daripada banjir kata-kata, tetapi ringan.
Nabi Muhammad dikenal sebagai hamba yang memiliki kata sangat berat. Apa yang disampaikan, tidak satu pun sahabatnya yang berani membantah. Jangankan membantah, melihat wajah Nabi saja ketika berdialog, mereka banyak yang tidak berani, sungkan, segan, bahkan takut. Ini terjadi karena begitu besar wibawa beliau.
Padahal Nabi SAW tidak suka membentak-bentak. Kalau berbicara nadanya lemah-lembut. Kalau menunjuk sesuatu, bukan dengan telunjuk, melainkan dengan kelima jarinya. Kalau dipanggil, menengok dengan menggerakkan bahunya penuh perhatian. Kalau tertawa tidak terkekeh-kekeh. Bicara Nabi yang lemah-lembut tidak menurunkan wibawa justru menambah bobotnya sehingga terasa berat.
Dalam Al-Quran ada berbagai jenis kata atau ucapan. Ada yang disebut qoulan sadiida (kata yang jujur dan sportif), yaitu kata yang tidak menyembunyikan isi dengan “bungkus” kepalsuan sehingga orang lain tidak tahu apa yang sebenarnya. Begitu berbicara orang langsung tahu apa yang dimaksud. Itulah bicara yang sportif.
Banyak orang yang tidak sportif jika berbicara. Seruan demi seruan agar mengencangkan ikat pinggang digembar-gemborkan, tetapi diam-diam dia sendiri menumpuk kekayaan. Menyerukan agar hidup hemat, tetapi dia sendiri boros. Mengatakan agar disiplin anggaran, ternyata  korupsi.  Kita harus tepat waktu, ia malah datang terlambat. Perbanyak amal, dia sendiri pelit, dsb. Orang yang seperti ini hanya menjadi tertawaan orang lain.
Ada juga kata-kata yang simpatik (qoulan makruufa), yaitu, kata-kata yang membuat orang bertambah pemahaman, mengetahui ilmu, dan terdorong melakukan yang terbaik. Kata-katanya tidak menyakitkan hati, kalau nyindir biasanya dikemas dengan baik, dan setiap orang merasa butuh terhadap “siraman” kata-katanya.
Orang ini biasanya bijak, tidak gegabah, kata-katanya enak didengar, dan orang lain merasa tersedot perhatiannya tanpa diminta. Magnit kata-katanya mampu membuat orang lain mudah percaya. Apa yang dikatakan jadi rujukan, dan jika harus marah kepada orang lain, yang dimarahi tidak sakit hati justru berterima kasih. (*)

No comments:

Post a Comment