Setiap saat, hamba bisa berdialog dengan Allah. Doa yang dilantunkan
seseorang merupakan dialog dengan Allah. Maka, jangan sampai doa dilakukan
seenaknya. Harus serius dan sungguh-sungguh.
Dalam referensi tasawuf ada paham, bahwa antara doa panjang dengan
pendek, sebenarnya lebih baik doa pendek asal disampaikan secara mantap, penuh
penghayatan, khusyuk, dan ikhlas. Doa yang panjang cenderung hanya menyebut
sederet keinginan, bukan kebutuhan.
Doa yang paling didengar Allah adalah doa yang disampaikan oleh orang
yang didzalimi. Dialog mereka tidak ada tabir dengan Allah. Begitu pula doanya
orang tua untuk anaknya sangat didengar. Doa yang nota bene dialog dengan Allah
hendaknya disampaikan secara terus- menerus.
Allah senang jika ada hamba-Nya yang rajin berdoa. Beda dengan
manusia, kalau ada orang yang sering
meminta sesuatu pada akhirnya akan ada rasa jemu juga. Allah justru memerintahkan kepada hamba-Nya supaya
meminta. “Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Kuberikan,” begitu firman Allah.
Orang yang jarang berdoa, berarti sombong. Dia merasa mampu mengatasi
persoalannya sendiri. Padahal manusia itu sebenarnya ringkih. Tidak ada daya
dan kekuatan, kecuali dari Allah. Manusia yang hanya sebutir pasir kecil di
hamparan lautan pasir yang begitu luas selalu membutuhkan pertolongan Allah.
Doa akan didengar Allah jika disampaikan saat tengah malam. Lisan yang
komat-kamit (berdoa) saat orang lain tidur nyenyak begitu syahdu, dan istimewa
di hadapan Allah. Berarti orang itu berdoa benar-benar serius dan
sungguh-sungguh. Doa yang disampaikan seseorang yang akan berbuka puasa juga
mustajabah.
Doa merupakan sarana komunikasi hamba dengan Allah. Pergunakan dengan
baik sarana tersebut. Alangkah sayangnya kesempatan ini jika tidak
dimanfaatkan. Permohonan kepada Allah hendaknya dibedakan dengan permintaan
tolong kepada sesama manusia. Kepada Allah kita meminta sesuatu yang tidak
tampak, misalnya kesejahteraan, keselamatan, kedamaian, kesehatan, kebahagiaan
dll. Kita tidak boleh meminta tolong untuk benda-benda yang tampak kepada
Allah, misalnya minta tolong ngangkat meja, mindah kursi, melebarkan jalan,
dll. Sebaliknya, permintaan tolong kepada sesama manusia sifatnya untuk sesuatu
yang tampak, bukan yang gaib.
Sebaiknya kita harus menunjukkan rasa butuh kita kepada Allah. Dengan
demikian kita terdorong untuk terus berdoa kepada Allah. Sikap yang demikian
ini dicintai oleh Allah SWT. (*)

No comments:
Post a Comment