Thursday, October 23, 2014

Menjadi Dermawan



Kaget bercampur kagum. Begitu yang dirasakan hadirin dalam rapat yang membahas rencama pembangunan masjid di SMP Al-Hikmah Surabaya. Mengapa? Karena ada usul nyleneh dari salah seorang hadirin. “Saya siap membantu pembangunan masjid asal tidak ada orang lain yang membantu,” ujarnya. Semua biaya bangunan masjid tersebut ditanggung sendiri.
Hebat, ujar hadirin. Siapa dia? Pekerjaan sehari-hari pedagang semangka. Jadi bukan tokoh besar, politisi, atau sosok orang terkenal, bukan!. Meski demikian, dia punya jiwa besar. Mau berkorban di jalan Allah agar mendapat ridho-Nya.
Besarnya biaya? Lumayan, yaitu, Rp 5 miliar. Jadi, pedagang semangka tadi menutup semua biaya. Subhanallah. Di tengah kehidupan yang serba materialis ini, ada orang yang berhati bersih. Dia lebih mendahulukan kepentingan akhirat ketimbang kepentingan dunia.
Biasanya, jika orang punya uang banyak, pikirannya macam-macam. Ada yang ingin membangun rumah mewah, nyalon bupati, nyalon gubernur, dan sebagainya. Sedang pedagang semangka membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Mungkin dia pernah membaca sabda Rasulullah. “Perumpamaan orang yang suka memberi dengan orang kikir bagaikan dua orang yang memakai baju besi dari dada sampai leher. Orang yang dermawan berarti melindungi kulitnya sampai ke ujung jari. Sedang orang kikir, terjepit dan dilingkari baju besinya sehingga tercekik lehernya.” 
Ilustrasi ini mendorong sahabat Nabi menjadi dermawan. Mereka enthengan jika dimintai sumbangan. Pernah Nabi mengumpulkan para sahabatnya untuk suatu keperluan. “Abu Bakar amal berapa?” tanya Nabi. “Saya amalkan semua harta yang saya punya,” jawabnya. “Untuk keluargamu?” tanya Nabi. “Saya masih punya Allah dan Rasulnya,” ujarnya.
“Kamu Umar, amal berapa?” “Saya amalkan separo harta saya,” jawab Umar. “Ustman?” tanya Rasul. “Saya amalkan sepertiga harta saya,” jawabnya. Ada sahabat lain namanya Abdurrahman bin Auf  memberikan uangnya cukup banyak--kalau dikruskan uang kita sekarang senilai Rp 4,5 miliar. Jadi, sama dengan amalnya pedagang semangka di Surabaya ketika membantu masjid SMP Al-Hikmah.
Dalam pertemuan  dengan Rasulullah, ada seorang ibu miskin datang kepada beliau. Kalau yang lain medermakan hartanya begitu besar, ibu tadi tidak memiliki apa-apa. Tetapi, semangat beramalnya luar biasa. Tanpa malu, menyerahkan sebutir kurma. “Terimalah amal saya Nabi,” ujarnya. Dia lega karena Nabi juga menerimanya.
Dalam artikel, Dr. Haikal penulis buku Hayatu Muhammad—menyatakan faktor yang membuat umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW selalu sehat jasmani dan rokhani, karena gemar mensyukuri nikmat. Salah satu contoh, ketika usai salat maghrib bersama Rasulullah SAW, mereka berlomba menceritakan nikmat yang diperoleh hari itu. Mereka minta petunjuk kepada Rasulullah SAW, akan dikemanakan kelebihan rezeki yang mereka peroleh.
Kenapa mereka bersikap demikian? Di antara yang mendorong semangat beramal tersebut karena ingin mengamalkan sepotong ayat Allah dalam surah Ad-Dhuha : 11 "Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)". Dr.H.Hamzah Ya'kub dalam bukunya " Tashawuf & Taqarrub ", antara lain menulis, Salah satu keutamaan sedekah, orang yang melakukannya dilapangkan keadaannya, dimudahkan urusannya sehingga tercapailah harapannya. Ini sungguh menarik.
Kita juga yakin, bahwa orang yang suka berinfak di jalan Allah, semakin berkah usahanya, bertambah murah rezekinya dan mendapatkan ganti yang lebih baik dan lebih banyak. Kalau tidak percaya mari bersama-sama kita buktikan.
Sejak awal Allah SWT telah menjanjikan kepada setiap muslim bila ingin hidup serba mudah sejak di dunia sampai di akhirat, antara lain dalam surah Al Lail ayat 5 sampai 7.
Karena itu di antara Ahli Hikmah misalnya mendiamkan saja jika minumannya yang manis didatangi semut. Ia tidak mengusir semut itu, karena tahu bahwa mereka pun makhluk yang kesulitan dan membutuhkan pertolongan, serta patut disantuni. "Nilai sedekah bukan tergantung kepada besar kecilnya barang, melainkan tergantung kepada ikhlas yang bersemayam di hati kaum dermawan.".
Dr.Norman V.Peale dalam bukunya "The Amazing Results of Positif Thingking" menceritakan nasib seorang pengusaha muda yang sukses dalam bisnisnya sehingga memiliki kekayaan yang melimpah. Tapi bersamaan dengan itu ada yang hilang dalam dirinya, yaitu rasa tenteram. Setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog, dianjurkan hidup rileks dan senang menjamu tetangga. Advis itu ia ikuti. Hasilnya menakjubkan, setiap kali ia memberikan bantuan kepada orang-orang yang susah, saat itu pula ia merasakan sentuhan nikmat dalam kalbunya.
Dr. Norman berkata,  "Makin banyak yang kita berikan kepada orang lain makin banyak pula kita menikmati kebahagiaan." Anom juga berkata, "Kasih adalah kekayaan hidup yang akan menjadi semakin banyak apabila dibagi-bagikan kepada orang lain." Joseph Adderson menambahkan,  "Kemurahan hati adalah kesempurnaan dan hiasan agama. "
Rasulullah SAW menerangkan  "Yang dinamakan kekayaan bukan semata-mata karena banyaknya harta benda, tetapi yang dinamakan kekayaan yang hakiki (sebenarnya) adalah ketenangan jiwa." Dalam hadits lain beliau SAW menegaskan, "Bila engkau bangun pagi, sehat badanmu, senang perasaanmu, dan ada yang dimakan buat hari itu seolah-olah dunia ini engkau yang punya".
Rabiah Al Adawiyah RA, satu hari didatangi dua orang tamu yang tengah lapar. Ketika itu wanita sufi ini hanya memiliki dua potong roti. Makanan itulah yang ia suguhkan. Tapi belum sempat tamunya menyantap roti itu, tiba-tiba datang seorang pengemis yang tampaknya sangat menderita. Sepontan dua potong roti itu oleh Rabiah diserahkan kepada pengemis itu.
Tentu saja sikap Rabiah ini membuat kedua tamunya menjadi kecewa, mungkin naik darah, karena secara etika memang tidak simpatik. Sejurus kemudian, datang seorang pelayan dari rumah sebelah membawa nampan yang berisi 18 potong roti. Melihat keadaan ini, kedua tamunya menjadi sangat senang. "Alhamdulillah kami akan makan roti sepuasnya," bisik hatinya. Tapi apa yang terjadi? Rabiah ternyata menolak dan menyuruh si pelayan itu membawanya pulang. Lagi-lagi membuat kedua tamu ini menjadi tidak mengerti dengan sikap Rabiah.
Tapi tidak lama kemudian si palayan itu datang lagi, dengan membawa 20 potong roti. Barulah ia terima dan menyilakan kedua tamunya untuk mencicipi hidangan itu. Muncul pertanyaan. Kenapa maka Rabiah bersikap demikian ? Ternyata ia telah berdoa dengan memberikan dua potong roti, dibalas sepuluh kali lipat, demi menggembirakan tamunya. Masya Allah. Lalu kenapa maka saat pertama si pelayan itu membawa 18 potong roti dan berikutnya membawa 20 potong roti ?.
Ternyata pada saat pertama itu ia telah mengambil 2 potong roti dari yang diamanahkan oleh tuannya. Dan karena ditolak oleh Rabiah, ia sadar perbuatannya itu telah diketahui oleh sang Sufi itu, sehingga ia kembalikan lagi. Dari mana Rabiah tahu, bahwa si pelayan telah mengambil 2 potong roti itu? Rabiah Al Adawiyah sangat yakin dengan janji Allah, setiap sedekah akan diganjar dengan sepuluh kali lipat.
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, "Orang yang pemurah/dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Ada pun orang yang  kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka".
Kita dapat membayangkan andaikata setiap insan memilki sikap gemar bersedekah, maka Insya Allah lingkungan dan wilayah kita pasti akan diberkahi Allah, dan balak bencana akan terjauh sebab Nabi SAW. Bersabda, "Sedekah itu dapat menolak 70 macam balak dan bencana, yang paling ringan di antaranya ialah penyakit kusta dan sopak".
(*)

No comments:

Post a Comment