Kaget bercampur kagum. Begitu yang dirasakan
hadirin dalam rapat yang membahas rencama pembangunan masjid di SMP Al-Hikmah
Surabaya. Mengapa? Karena ada usul nyleneh dari salah seorang hadirin. “Saya
siap membantu pembangunan masjid asal tidak ada orang lain yang membantu,”
ujarnya. Semua biaya bangunan masjid tersebut ditanggung sendiri.
Hebat, ujar hadirin. Siapa dia? Pekerjaan sehari-hari
pedagang semangka. Jadi bukan tokoh besar, politisi, atau sosok orang terkenal,
bukan!. Meski demikian, dia punya jiwa besar. Mau berkorban di jalan Allah agar
mendapat ridho-Nya.
Besarnya biaya? Lumayan, yaitu, Rp 5 miliar.
Jadi, pedagang semangka tadi menutup semua biaya. Subhanallah. Di tengah
kehidupan yang serba materialis ini, ada orang yang berhati bersih. Dia lebih
mendahulukan kepentingan akhirat ketimbang kepentingan dunia.
Biasanya, jika orang punya uang banyak,
pikirannya macam-macam. Ada
yang ingin membangun rumah mewah, nyalon bupati, nyalon gubernur, dan
sebagainya. Sedang pedagang semangka membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Mungkin dia pernah membaca sabda Rasulullah.
“Perumpamaan orang yang suka memberi dengan orang kikir bagaikan dua orang yang
memakai baju besi dari dada sampai leher. Orang yang dermawan berarti
melindungi kulitnya sampai ke ujung jari. Sedang orang kikir, terjepit dan
dilingkari baju besinya sehingga tercekik lehernya.”
Ilustrasi ini mendorong sahabat Nabi menjadi
dermawan. Mereka enthengan jika dimintai sumbangan. Pernah Nabi
mengumpulkan para sahabatnya untuk suatu keperluan. “Abu Bakar amal berapa?”
tanya Nabi. “Saya amalkan semua harta yang saya punya,” jawabnya. “Untuk
keluargamu?” tanya Nabi. “Saya masih punya Allah dan Rasulnya,” ujarnya.
“Kamu Umar, amal berapa?” “Saya amalkan separo
harta saya,” jawab Umar. “Ustman?” tanya Rasul. “Saya amalkan sepertiga harta
saya,” jawabnya. Ada
sahabat lain namanya Abdurrahman bin Auf
memberikan uangnya cukup banyak--kalau dikruskan uang kita sekarang
senilai Rp 4,5 miliar. Jadi, sama dengan amalnya pedagang semangka di Surabaya ketika membantu
masjid SMP Al-Hikmah.
Dalam pertemuan
dengan Rasulullah, ada seorang ibu miskin datang kepada beliau. Kalau
yang lain medermakan hartanya begitu besar, ibu tadi tidak memiliki apa-apa.
Tetapi, semangat beramalnya luar biasa. Tanpa malu, menyerahkan sebutir kurma.
“Terimalah amal saya Nabi,” ujarnya. Dia lega karena Nabi juga menerimanya.
Dalam artikel, Dr. Haikal penulis buku Hayatu
Muhammad—menyatakan faktor yang membuat umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW
selalu sehat jasmani dan rokhani, karena gemar mensyukuri nikmat. Salah satu
contoh, ketika usai salat maghrib bersama Rasulullah SAW, mereka berlomba
menceritakan nikmat yang diperoleh hari itu. Mereka minta petunjuk kepada
Rasulullah SAW, akan dikemanakan kelebihan rezeki yang mereka peroleh.
Kenapa mereka bersikap demikian? Di antara yang
mendorong semangat beramal tersebut karena ingin mengamalkan sepotong ayat
Allah dalam surah Ad-Dhuha : 11 "Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka
hendaklah menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)". Dr.H.Hamzah Ya'kub dalam
bukunya " Tashawuf & Taqarrub ", antara lain menulis, Salah satu
keutamaan sedekah, orang yang melakukannya dilapangkan keadaannya, dimudahkan
urusannya sehingga tercapailah harapannya. Ini sungguh menarik.
Kita juga yakin, bahwa orang yang suka berinfak
di jalan Allah, semakin berkah usahanya, bertambah murah rezekinya dan
mendapatkan ganti yang lebih baik dan lebih banyak. Kalau tidak percaya mari
bersama-sama kita buktikan.
Sejak awal Allah SWT telah menjanjikan kepada setiap muslim bila ingin hidup serba mudah sejak di dunia sampai di akhirat, antara lain dalam surah Al Lail ayat 5 sampai 7.
Karena itu di antara Ahli Hikmah misalnya mendiamkan saja jika minumannya yang manis didatangi semut. Ia tidak mengusir semut itu, karena tahu bahwa mereka pun makhluk yang kesulitan dan membutuhkan pertolongan, serta patut disantuni. "Nilai sedekah bukan tergantung kepada besar kecilnya barang, melainkan tergantung kepada ikhlas yang bersemayam di hati kaum dermawan.".
Dr.Norman V.Peale dalam bukunya "The Amazing Results of Positif Thingking" menceritakan nasib seorang pengusaha muda yang sukses dalam bisnisnya sehingga memiliki kekayaan yang melimpah. Tapi bersamaan dengan itu ada yang hilang dalam dirinya, yaitu rasa tenteram. Setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog, dianjurkan hidup rileks dan senang menjamu tetangga. Advis itu ia ikuti. Hasilnya menakjubkan, setiap kali ia memberikan bantuan kepada orang-orang yang susah, saat itu pula ia merasakan sentuhan nikmat dalam kalbunya.
Sejak awal Allah SWT telah menjanjikan kepada setiap muslim bila ingin hidup serba mudah sejak di dunia sampai di akhirat, antara lain dalam surah Al Lail ayat 5 sampai 7.
Karena itu di antara Ahli Hikmah misalnya mendiamkan saja jika minumannya yang manis didatangi semut. Ia tidak mengusir semut itu, karena tahu bahwa mereka pun makhluk yang kesulitan dan membutuhkan pertolongan, serta patut disantuni. "Nilai sedekah bukan tergantung kepada besar kecilnya barang, melainkan tergantung kepada ikhlas yang bersemayam di hati kaum dermawan.".
Dr.Norman V.Peale dalam bukunya "The Amazing Results of Positif Thingking" menceritakan nasib seorang pengusaha muda yang sukses dalam bisnisnya sehingga memiliki kekayaan yang melimpah. Tapi bersamaan dengan itu ada yang hilang dalam dirinya, yaitu rasa tenteram. Setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog, dianjurkan hidup rileks dan senang menjamu tetangga. Advis itu ia ikuti. Hasilnya menakjubkan, setiap kali ia memberikan bantuan kepada orang-orang yang susah, saat itu pula ia merasakan sentuhan nikmat dalam kalbunya.
Dr. Norman berkata, "Makin banyak yang kita berikan kepada
orang lain makin banyak pula kita menikmati kebahagiaan." Anom juga
berkata, "Kasih adalah kekayaan hidup yang akan menjadi semakin banyak
apabila dibagi-bagikan kepada orang lain." Joseph Adderson menambahkan, "Kemurahan hati adalah kesempurnaan dan
hiasan agama. "
Rasulullah SAW menerangkan "Yang dinamakan kekayaan bukan semata-mata karena banyaknya harta benda, tetapi yang dinamakan kekayaan yang hakiki (sebenarnya) adalah ketenangan jiwa." Dalam hadits lain beliau SAW menegaskan, "Bila engkau bangun pagi, sehat badanmu, senang perasaanmu, dan ada yang dimakan buat hari itu seolah-olah dunia ini engkau yang punya".
Rabiah Al Adawiyah RA, satu hari didatangi dua orang tamu yang tengah lapar. Ketika itu wanita sufi ini hanya memiliki dua potong roti. Makanan itulah yang ia suguhkan. Tapi belum sempat tamunya menyantap roti itu, tiba-tiba datang seorang pengemis yang tampaknya sangat menderita. Sepontan dua potong roti itu oleh Rabiah diserahkan kepada pengemis itu.
Rasulullah SAW menerangkan "Yang dinamakan kekayaan bukan semata-mata karena banyaknya harta benda, tetapi yang dinamakan kekayaan yang hakiki (sebenarnya) adalah ketenangan jiwa." Dalam hadits lain beliau SAW menegaskan, "Bila engkau bangun pagi, sehat badanmu, senang perasaanmu, dan ada yang dimakan buat hari itu seolah-olah dunia ini engkau yang punya".
Rabiah Al Adawiyah RA, satu hari didatangi dua orang tamu yang tengah lapar. Ketika itu wanita sufi ini hanya memiliki dua potong roti. Makanan itulah yang ia suguhkan. Tapi belum sempat tamunya menyantap roti itu, tiba-tiba datang seorang pengemis yang tampaknya sangat menderita. Sepontan dua potong roti itu oleh Rabiah diserahkan kepada pengemis itu.
Tentu saja sikap Rabiah ini membuat kedua tamunya
menjadi kecewa, mungkin naik darah, karena secara etika memang tidak simpatik.
Sejurus kemudian, datang seorang pelayan dari rumah sebelah membawa nampan yang
berisi 18 potong roti. Melihat keadaan ini, kedua tamunya menjadi sangat
senang. "Alhamdulillah kami akan makan roti sepuasnya," bisik
hatinya. Tapi apa yang terjadi? Rabiah ternyata menolak dan menyuruh si pelayan
itu membawanya pulang. Lagi-lagi membuat kedua tamu ini menjadi tidak mengerti
dengan sikap Rabiah.
Tapi tidak lama kemudian si palayan itu datang
lagi, dengan membawa 20 potong roti. Barulah ia terima dan menyilakan kedua
tamunya untuk mencicipi hidangan itu. Muncul pertanyaan. Kenapa maka Rabiah
bersikap demikian ? Ternyata ia telah berdoa dengan memberikan dua potong roti,
dibalas sepuluh kali lipat, demi menggembirakan tamunya. Masya Allah. Lalu
kenapa maka saat pertama si pelayan itu membawa 18 potong roti dan berikutnya
membawa 20 potong roti ?.
Ternyata pada saat pertama itu ia telah mengambil
2 potong roti dari yang diamanahkan oleh tuannya. Dan karena ditolak oleh
Rabiah, ia sadar perbuatannya itu telah diketahui oleh sang Sufi itu, sehingga
ia kembalikan lagi. Dari mana Rabiah tahu, bahwa si pelayan telah mengambil 2
potong roti itu? Rabiah Al Adawiyah sangat yakin dengan janji Allah, setiap
sedekah akan diganjar dengan sepuluh kali lipat.
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, "Orang yang pemurah/dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Ada pun orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka".
Kita dapat membayangkan andaikata setiap insan memilki sikap gemar bersedekah, maka Insya Allah lingkungan dan wilayah kita pasti akan diberkahi Allah, dan balak bencana akan terjauh sebab Nabi SAW. Bersabda, "Sedekah itu dapat menolak 70 macam balak dan bencana, yang paling ringan di antaranya ialah penyakit kusta dan sopak". (*)
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, "Orang yang pemurah/dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Ada pun orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka".
Kita dapat membayangkan andaikata setiap insan memilki sikap gemar bersedekah, maka Insya Allah lingkungan dan wilayah kita pasti akan diberkahi Allah, dan balak bencana akan terjauh sebab Nabi SAW. Bersabda, "Sedekah itu dapat menolak 70 macam balak dan bencana, yang paling ringan di antaranya ialah penyakit kusta dan sopak". (*)

No comments:
Post a Comment